TAK banyak pemimpin perempuan yang menempatkan sepak bola sebagai bagian dari strategi pembangunan. Tapi Sabtu (12/7/2025) itu, Sherly Tjoanda Laos, Gubernur Maluku Utara, berdiri di tengah lapangan Bali United Training Center, menakar kemungkinan membangun fasilitas serupa di tanah kelahirannya. Ia datang ke Gianyar bukan sekadar kunjungan kerja. Kehadirannya disambut langsung oleh Owner Bali United Pieter Tanuri, jajaran manajemen klub, pelatih kepala Johnny Jansen, serta para pemain Serdadu Tridatu. Bersama mereka, Sherly berkeliling menyusuri fasilitas yang berdiri di atas lahan 30 hektare—dari lapangan utama hingga ruang pemulihan, dari ruang latihan fisik hingga pusat kebugaran. “Saya ingin tempat seperti ini bisa ada di Maluku Utara. Ini salah satu pusat pelatihan terbaik yang pernah saya lihat,” ujar Sherly usai berkeliling. Sebagai alumni salah satu SMA di Bali, kunjungan ini juga menjadi semacam pulang batin bagi Sherly. Namun lebih dari itu, ia membawa visi strategis: membangun pusat pelatihan modern bagi Malut United FC, klub asal Maluku Utara yang kini tampil di Liga 1. Lapangan dan Kepemimpinan Sepak bola Indonesia tengah bergulat dengan banyak tantangan. Di tengah situasi itu, kehadiran seorang kepala daerah yang memberi perhatian serius pada infrastruktur olahraga menjadi sinyal positif. Bagi Sherly, pembangunan sepak bola bukan urusan pusat semata, tapi bisa dan harus dimulai dari daerah. “Harapannya tentu sepak bola Indonesia semakin maju. Tapi semua itu butuh pelatih yang berkualitas dan fasilitas yang mumpuni. Tempat seperti ini memberi inspirasi besar,” katanya. Rencana pembangunan Training Center untuk Malut United FC akan segera memasuki tahap akhir. Kunjungan ke Bali United menjadi titik penting dalam menyusun standar, desain, dan semangat pembangunannya. Bukan Sekadar Pemimpin Kehadiran seorang gubernur perempuan menyusuri lorong gym, memeriksa ruang pemulihan pemain, dan berbincang dengan pelatih bukanlah pemandangan sehari-hari. Tapi Sherly tidak datang untuk pencitraan. Ia datang untuk bekerja. Dalam dunia yang kerap menganggap sepak bola sebagai urusan pria, Sherly menunjukkan bahwa kepemimpinan tak mengenal batas. Visi bisa lahir dari siapa saja, termasuk seorang perempuan yang percaya bahwa olahraga adalah alat pembangunan karakter, solidaritas, dan prestasi. “Bali punya semangat membangun. Saya ingin semangat itu menjalar ke timur,” ucapnya sebelum menutup kunjungan. Hari itu, seorang perempuan berdiri di tengah lapangan hijau bukan sebagai tamu, tapi sebagai pemimpin. Ia tidak hanya membawa pulang kesan, tapi juga semangat dan keyakinan bahwa masa depan sepak bola Indonesia bisa tumbuh dari timur, dari tangan yang berani bermimpi dan bertindak. (adi/sukadana)
Baca juga :
• Dua Jam Dulu, Sehari Kini
• Teco, Sebuah Perpisahan di Dipta
• Tangis Terakhir di Dipta