PAGI itu, ratusan orang memenuhi lapangan luas di Pererenan, Badung, Bali. Mereka tidak hanya datang untuk berolahraga, tapi juga merayakan kebersamaan lintas bangsa. Dari usia muda hingga tua, dari warga lokal hingga turis asing, semuanya larut dalam semangat berlari bersama dalam acara BREIG Social Run. Di balik layar acara tersebut berdiri seorang lelaki yang lebih memilih merendah ketimbang menonjolkan diri. Namanya Nikita Shilametsa. Pria yang telah menetap di Bali sejak 2016 ini adalah pendiri dan pemilik perusahaan BREIG, entitas yang bergerak di bidang hospitality, komunitas, dan pengembangan properti. “Ini bukan yang terakhir. Kami akan melakukan lebih banyak lagi,” ucap Nikita dalam wawancara eksklusif usai kegiatan. Ia mengaku tidak menyangka bahwa acara sosial yang mereka prakarsai berhasil menghimpun hampir 800 peserta dari berbagai latar belakang. “Kami hanya menargetkan 500 orang. Tapi dua minggu sebelum acara, kami terus membuka ruang karena banyak yang ingin ikut bergabung,” tambahnya. Bagi Nikita kunci keberhasilan bukan sekadar jumlah peserta. Ia menekankan pentingnya dukungan kolektif dari komunitas lokal, sekolah menengah, pemerintah daerah, hingga pelaku bisnis setempat. “Banyak UMKM dan sponsor lokal terlibat. Mereka ikut mempromosikan produk, menarik pelanggan baru, dan menunjukkan bahwa bisnis lokal bisa tumbuh bersama komunitas,” ujarnya pada Minggu (20/7/2025). Acara ini tidak hanya menjadi ajang olahraga tapi juga momentum untuk membangun solidaritas antara warga lokal dan komunitas ekspatriat yang kini banyak tinggal di kawasan Canggu dan sekitarnya. BREIG sebagai inisiator menempatkan diri bukan sebagai korporasi besar tetapi sebagai penghubung lintas identitas sosial dan budaya. “Ini semua tentang menyatukan orang-orang untuk bersenang-senang menikmati pengalaman sehat bersama. Karena kami punya komunitas sosial yang kuat dan ini jadi titik temu yang bagus,” kata Nikita. Meski baru pertama kali digelar, Nikita mengisyaratkan bahwa kegiatan serupa akan terus dikembangkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan berekspansi ke cabang olahraga lain seperti bulutangkis atau olahraga lapangan. “Kami ingin membuat lebih banyak kegiatan positif yang bisa dinikmati bersama,” ucapnya dengan antusias. Alasan memilih Pererenan sebagai lokasi perdana juga bukan tanpa pertimbangan. Kawasan ini dinilai ideal untuk memulai sesuatu yang melibatkan banyak orang dalam satu titik kumpul. Namun ke depan Nikita membuka opsi untuk menjangkau wilayah lain di Bali. “Mungkin Pererenan lagi atau tempat lain. Kami terbuka untuk eksplorasi,” katanya. Nikita tidak menampik bahwa di balik gerakan sosial ini ada strategi pengembangan wilayah yang lebih luas. BREIG telah menanamkan investasi di berbagai titik strategis di Bali seperti Canggu Pererenan Berawa Ubud hingga Bukit Jimbaran. Fokus utamanya adalah bidang pariwisata hospitality dan pengembangan properti yang terintegrasi. Namun yang membedakan menurutnya adalah pendekatan yang tidak semata bisnis. “Kami percaya semakin banyak orang datang karena tempat ini aman berkembang dan menyenangkan masyarakat lokal juga akan mendapat manfaatnya. Mulai dari pekerjaan baru hingga tumbuhnya usaha kecil,” jelasnya. Sebagai investor asing yang memilih hidup di Bali, Nikita melihat masa depan pulau ini sangat menjanjikan. Ia menyebut pertumbuhan wisatawan yang konsisten lebih dari 20 persen setiap tahun serta infrastruktur yang terus berkembang sebagai dua faktor utama yang membuat Bali tetap dikagumi di mata dunia. “Pulau ini punya potensi besar. Masih banyak tempat indah yang belum dikenal. Dan itu menarik untuk dijelajahi. Saya yakin ini baru permulaan,” katanya. Sejak menetap hampir 10 tahun lalu ia menyaksikan langsung transformasi sosial dan ekonomi yang dialami Bali. Ketika ditanya soal dampak turisme terhadap lingkungan dan masyarakat ia menjawab dengan tenang “Bali menciptakan banyak lapangan kerja. Orang lokal bisa bekerja di sektor pariwisata membuka usaha baru dan mengambil bagian dalam pembangunan. Yang penting adalah melibatkan mereka sejak awal,” ucapnya. Apa yang dilakukan Nikita dan timnya barangkali tidak sesuatu yang besar secara kasat mata. Tapi ia percaya perubahan dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Membuat orang merasa terhubung memberi ruang pada komunitas dan menciptakan pengalaman yang bermakna itulah yang ia sebut sebagai investasi sosial. Sebagai laki?laki muda yang datang dari luar negeri ia tidak ingin sekadar menjadi penonton atau penikmat Bali. Lewat BREIG ia memilih menjadi bagian dari narasi besar pembangunan yang lebih inklusif dan berpihak pada kehidupan bersama. “Makin banyak orang tahu tentang Bali dan Indonesia makin baik,” tutupnya. (angga/sukadana)
Baca juga : Merangkul Komunitas
Ekspansi dan Investasi
• Jaje Senggait: Manis Gurih Kebanggaan Singaraja
• Bermodal Rp 300 Ribu, Sukses Bisnis Sambal
• Sulap Kantor Gubernur Jadi Kebun Jagung