Search

Home / Khas / Edukasi

Dari Panggung ke Pelukan Generasi

Editor   |    08 Juli 2025    |   16:46:00 WITA

Dari Panggung ke Pelukan Generasi
Ibu Putri Suastini Koster menyapa dan memberi semangat kepada anggota Teater Angin di Aula SMAN 1 Denpasar, Selasa (8/7/2025). Kunjungan ini menjadi ruang perjumpaan emosional antara seniman senior dan generasi muda yang tumbuh dalam semangat berkesenian. (foto/sukadana)

PANGGUNG di aula SMA Negeri 1 Denpasar itu sederhana. Hanya beberapa meter dari kursi penonton ke lantai pentas tempat anak-anak Teater Angin berlatih. Tak ada sorotan lampu mahal, tak ada latar teater megah. Namun, justru di sanalah getar seni terasa paling jujur. Ketika suara-suara muda mengucap dialog, tubuh mereka bergerak pelan, menari dengan narasi yang tumbuh dari semangat dan latihan berulang.

Di antara mereka berdiri seorang perempuan paruh baya dengan mikrofon di tangan. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya memancarkan kehangatan dan ketegasan sekaligus. Dialah Ibu Putri Suastini Koster. Bukan sekadar istri Gubernur, tetapi seorang seniman yang pulang ke ruang batinnya, panggung.

Latihan yang berlangsung pada Selasa (8/7/2025) itu bukan sekadar kunjungan. Ibu Putri datang menyapa, mendengar, dan memberi ruang. Ia hadir sebagai bagian dari sejarah panjang teater di Bali, bukan hanya sebagai pendukung, tapi juga pelaku. Ia adalah pendiri Teater Angin, bersama Ibu Ayu Rasmini, jauh sebelum nama istri gubernur melekat padanya.

Kepada anak-anak muda yang hadir, Ibu Putri berbagi kenangan. Tentang bagaimana dunia teater membentuk dirinya. “Dulu saya diberi ruang untuk belajar dan berproses di dunia teater. Sekarang, saya ingin memberi ruang dan menjadi contoh,” ucapnya dengan mata yang berbinar.

Pernah, kepada wartawan PodiumNews Menot Sukadana, Ibu Putri menceritakan secuil masa lalunya. Di era 1980-an dan 1990-an, ia dikenal sebagai pemain teater yang mewarnai tayangan Drama Klasik di TVRI Denpasar. Ia bahkan pernah beradu akting dengan artis nasional Neno Warisman dalam sinetron Aksara Tanpa Kata, sebuah garapan kolaboratif yang disiarkan di TVRI dan menjadi bahan pembicaraan para pecinta teater televisi saat itu. Drama tersebut disutradarai oleh Garin Nugroho, dan menjadi salah satu karya monumental yang menampilkan perempuan Bali dalam konteks spiritual dan sosial yang mendalam.

Selain itu, Ibu Putri juga pernah bermain dalam sebuah film bersama Nike Ardila, sang legenda musik Indonesia. Ia menjadi bintang iklan layanan masyarakat, MC dalam berbagai acara kenegaraan, dan pernah menyabet juara pidato tingkat nasional, membuktikan kemampuannya menyuarakan gagasan dalam berbagai panggung, baik seni maupun formal.

Semua itu menjadi jejak yang tidak ia pendam. Justru ia ingin agar jejak itu menjadi teladan dan jalan terbuka bagi generasi selanjutnya. Karena baginya, seni bukan sekadar ekspresi, tetapi sarana mendidik rasa, membentuk karakter, dan mengenalkan kemanusiaan sejak dini.

“Saya ingin anak-anak menulis naskah sendiri, memproduksi pertunjukannya sendiri, dan mengembangkan imajinasi mereka sendiri,” ujarnya siang itu, sembari menyerahkan bantuan apresiasi senilai Rp65 juta untuk Teater Angin. Bantuan tersebut, menurutnya, bukanlah hadiah, melainkan pemantik agar semangat itu terus menyala.

Setelah berbicara, Ibu Putri tidak buru-buru pulang. Ia duduk di kursi penonton, menyaksikan anak-anak berlatih. Sesekali ia tersenyum, kadang mengangguk pelan. Dalam diamnya, ada harapan yang tumbuh bahwa di aula kecil ini, mungkin sedang lahir generasi baru yang suatu hari akan berdiri di panggung yang lebih besar, dan tetap membawa nilai yang sama: seni yang mendidik, menyentuh, dan menghidupkan.

Di ujung hari, pelukan dan tawa mengalir hangat. Dari panggung ke pelukan generasi, perjalanan Ibu Putri tidak pernah benar-benar meninggalkan seni. Ia hanya sedang memastikan bahwa tongkat estafet itu diterima dengan hati yang utuh.

(sukadana/suteja)

Baca juga :
  • Dari Pesisir Buleleng Menuju ITB
  • Ketut Suastika Usulkan Ruang Kelas Baru Atasi Kisruh PPDB
  • Di Antara Kresek dan Karang, Bocah Belajar Peduli