Search

Home / Aktual / Advertorial

Pemuda 10 Banjar Sempidi Bersatu Hidupkan Ngelawang di PKB

I Nyoman Sukadana   |    13 Juli 2025    |   15:54:00 WITA

Pemuda 10 Banjar Sempidi Bersatu Hidupkan Ngelawang di PKB
Ratusan pemuda dari 10 banjar di Sempidi tampil dalam Parade Ngelawang PKB ke-47 membawa pertunjukan bertajuk “Nangiang Warih”, Sabtu (12/7/2025). (foto/adi)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Sebanyak 100 pemuda dari 10 banjar di Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, bersatu dalam Parade Ngelawang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 yang digelar pada Sabtu (12/7/2025). Mereka tergabung dalam Sanggar Seni Tindak Alit sebagai duta Kabupaten Badung dan membawakan pertunjukan bertajuk “Nangiang Warih”.

Pertunjukan ini menjadi simbol kebangkitan sekaa barong di wilayah Sempidi yang sempat vakum selama lebih dari 40 tahun. Parade berjalan dari pelataran Kalangan Ayodya menuju pelataran Gedung Kriya, Taman Budaya Art Center Denpasar.

Koordinator sekaligus pemilik Sanggar Tindak Alit, I Putu Candra Pradhita, menjelaskan bahwa “Nangiang Warih” terinspirasi dari dokumentasi pertunjukan barong era 1960-an. Sejak banyaknya anggota sekaa yang meninggal, kesenian ini lama tidak dipentaskan dan baru dihidupkan kembali melalui momentum PKB tahun ini.

“Tema yang kami angkat adalah sejarah lahirnya kembali sekaa barong yang 40 tahun pakum. Ini menjadi momen kebangkitan sekaa yang dulu pernah menghibur masyarakat. Kami bahkan menghadirkan sejumlah topeng yang dulunya digunakan untuk ngelawang,” ungkapnya.

Parade ini melibatkan 8 anak-anak penari barong, 20 penari pendukung, 26 penabuh, serta pembawa uparengga dan papan nama. Yang menarik, seluruh peserta merupakan pemuda-pemudi dari 10 banjar di wilayah Sempidi. Hal ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga media interaksi dan penguatan kebersamaan antarbanjar.

“Temen-temen yowana menyambut baik. Mereka akan berinteraksi, sehingga mengakrabkan pemuda dari 10 banjar ini,” jelas Putu Candra.

Pertunjukan dikemas secara dramatik dan emosional. Cerita diawali dari seorang anak kecil yang bercita-cita menari barong, lalu didatangi sosok kakeknya, mantan penari lawas yang mewariskan nilai-nilai leluhur. Alur ini menciptakan jembatan emosional antar generasi dan menggugah penonton yang menyaksikannya.

Belasan topeng tua berusia lebih dari 50 tahun juga turut ditampilkan dalam pertunjukan ini. Sejumlah penonton bahkan mengaku larut dalam nostalgia dan meneteskan air mata.

“Memang sangat sulit menghidupkan kembali. Jujur, rekaman tidak ada, namun beberapa pelaku lama masih hidup. Ini menjadi ajang nostalgia,” tambahnya.

Ia pun mengajak masyarakat Bali, khususnya generasi muda, untuk menjadikan PKB sebagai ruang kebanggaan dalam melestarikan budaya.

“Ayo jadikan ajang ini sebagai kebanggaan dalam melestarikan budaya. Goal-nya memang di sini,” tutupnya.

(adi/sukadana)

Baca juga :
  • Disdikpora Badung Buka MPLS di Abiansemal
  • Diskominfo Badung Dorong Badan Publik Lebih Informatif
  • 150 Seniman Muda Badung Guncang Ardha Candra