DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Fenomena bediding atau cuaca dingin yang terjadi di tengah musim kemarau mulai dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia sejak awal Juli 2025. Meski kerap dikira pertanda musim hujan, bediding sejatinya adalah kondisi khas kemarau yang muncul karena penurunan suhu dan kelembapan udara. Kurnia Dwi Artanti, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, menjelaskan bahwa fenomena ini adalah hal yang normal terjadi setiap tahun, terutama pada bulan Juli. “Fenomena bediding ini memang terjadi justru di musim kemarau. Biasanya muncul mulai Juni, memuncak di Juli, lalu menurun pada Agustus menjelang musim hujan,” jelasnya dikutip dari siaran pers, Rabu (16/7/2025). Bediding juga berpotensi memicu gangguan kesehatan, terutama pada sistem pernapasan. Kurnia menyebut bahwa kondisi tubuh yang tidak fit dapat meningkatkan risiko terjadinya radang tenggorokan hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). “Tenggorokan yang terasa tidak nyaman bisa menjadi awal radang. Kalau kemudian ada bakteri masuk dan kondisi tubuh sedang lemah, itu bisa jadi ISPA,” ujarnya. Selain itu, udara dingin dengan kelembapan rendah juga bisa menyebabkan kulit kering. Untuk itu, Kurnia menyarankan masyarakat menggunakan pelembap kulit serta menjaga asupan cairan dan vitamin yang cukup. “Jangan lupa supply air ke tubuh. Untuk berat badan 50 kg, butuh setidaknya 2 liter air. Bisa juga ditambah vitamin A, C, E untuk kulit dan vitamin D untuk daya tahan tubuh,” tambahnya. Meski begitu, masyarakat tidak perlu panik. Kurnia menekankan pentingnya sikap waspada dan menjaga kebugaran sebagai bentuk antisipasi terhadap dampak kesehatan dari perubahan suhu ini. “Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir. Yang penting tetap waspada dan melakukan upaya preventif secara rutin,” pungkasnya. (riki/sukadana)
Baca juga :
• Fasyankes di Bali Diminta Kelola Sampah Berbasis Sumber
• PKK Denpasar Cegah Stunting di Dua Lokasi Sekaligus
• Pemerintah Denpasar Kejar Target Vaksinasi 82 Ribu Anjing